Lima Teknologi Navigasi BRIN Permudah Sektor Maritim
Majalah Intra, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menginisiasi sinergi nasional dengan kementerian dan pihak terkait untuk meningkatkan keselamatan dan keberlanjutan di sektor maritim.
Kepala Pusat Riset Elektronika BRIN, Yusuf Nur Wijayanto mengatakan, setidaknya ada lima teknologi navigasi BRIN untuk meningkatkan keselamatan sektor maritim.
“Terdapat beberapa teknologi kenavigasian yang kini tengah dikembangkan BRIN,” ucap Yusuf mengutip rri.co.id, Rabu (23/10/2024)
Berikut lima teknologi navigasi BRIN permudah sektor Maritim
1. Automatic Identification System
Automatic Identification System (AIS) memandu kapal dalam sistem monitoring dan keselamatan. AIS yang dikembangkan BRIN ini dilengkapi fitur tambahan, termasuk Sistem Informasi Potensi Ikan (SILPI).
“AIS dapat membantu nelayan memberikan informasi keberadaan ikan serta titik lokasi lebih akurat,” ujar Yusuf.
2. Smart SBNP
Bekerja sama dengan Distrik Navigasi Kelas II Tanjung Emas, Semarang, BRIN juga mengembangkan SMART Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) Monitor. Teknologi ini memungkinkan pemantauan ‘kesehatan’ SBNP yang ada di sekitar wilayah pelabuhan, seperti di pelabuhan Tanjung Emas.
“Dengan SMART SBNP, kita dapat memonitor baterai dan posisi SBNP, serta mendeteksi kerusakan tanpa perlu ke lokasi langsung, sehingga bisa menghemat biaya dan waktu,” katanya.
3. Smart Buoy
BRIN mengembangkan Smart Buoy di sekitar pelabuhan Tanjung Emas, yang memungkinkan pemantauan intensitas cahaya, kondisi baterai, dan posisi pelampung suar.
Teknologi ini menggunakan sistem warna untuk menunjukkan status operasional, yakni warna merah untuk pengecekan lebih lanjut, sedangkan hijau menunjukkan kondisi baik.
“Kami berharap, teknologi ini dapat diterapkan di distrik navigasi lain, seperti di Tanjung Intan,” ujar Yusuf.
4. INATEWS
Karena Indonesia terletak di kawasan ring of fire, BRIN mengembangkan berbagai teknologi mitigasi bencana. Salah satunya Indonesia Tsunami Early Warning System (INATEWS).
Sistem ini terdiri dari empat komponen utama, yaitu INA-Buoy yang mendeteksi tsunami dan gempa bawah air berbasis pelampung. Empat komponen itu adalah INA-CBT (Cable-Based Tsunamimeter) dengan sensor yang ditanam di dasar laut melalui kabel serat optik, INA-CRT (Indonesia Coastal Acoustic Tomography) yang menggunakan sinyal akustik untuk mendeteksi pergerakan di bawah laut, dan INA-TOC (Indonesia Tsunami Observation Center) yang berfungsi sebagai pusat informasi kegempaan.
Untuk meningkatkan efektivitas sistem ini, diperlukan integrasi berbagai teknologi yang dapat memantau lingkungan bawah laut dan kualitas air.
“Riset ini tidak hanya berfokus pada aspek kebencanaan dan navigasi, tetapi juga mencakup upaya pelestarian lingkungan dan ekosistem bawah laut hingga 2029,” jelas Yusuf.
5. Integrated Maritime Communication & Sensing System
Sistem komunikasi maritim juga menjadi fokus BRIN melalui pengembangan Integrated Maritime Communication & Sensing System. Menggunakan kabel serat optik yang menghubungkan pulau-pulau untuk jaringan internet, BRIN bereksperimen dengan memasang sensor untuk mendeteksi pergerakan ikan dan drone bawah air, tanpa mengganggu sistem bisnis telekomunikasi.
“Kami ingin mengajak industri telekomunikasi untuk berkolaborasi dalam memasang sensor bawah laut ini,” ucapnya.
BRIN terus berkolaborasi dengan Kementerian Perhubungan, BMKG, BNPB, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta lembaga pendidikan dan industri untuk melindungi masyarakat dan memastikan keberlanjutan ekosistem maritim.